Doa Khusus Dalam Shalat Dhuha

Soal:

Mohon dijelaskan tentang doa setelah shalat Dhuha, adakah yang dikhususkan?

08132707xxxx

Jawab:

Sebatas yang kami ketahui dan kami pelajari, tidak menemukan atau mengetahui ada doa khusus yang dibaca seusai mendirikan shalat Dhuha.

Wallahu Ta’ala a’lam bish-Shawab.[]

Disalin dari Majalah As-Sunnah Th.ke-XVII_1434H/ 2013M, Rubrik Soal-Jawab hal. 6, asuhan Dr. Muhammad Arifin Badri, MA حفظه الله.

Mendoakan Mubtadi’

Soal:

Di dalam Majalah As-Sunnah, Edisi 03/Tahun XI/1428H/2007M, halaman 33. Penulis (Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas) memberikan doa kepada Sayyid Quthb. Ini kesalahan penulisan, percetakan, atau bolehnya mendoakan mubtadi’? Kalau boleh, sekalian saja semua nama mubtadi’ ditambah dengan doa. Termasuk doa (hafizhahullah) untuk Yusuf Qordhawi, dan yang semisal.

Ikhwan, Jagalan 08180459xxxx

Jawab:

Mubtadi’ (ahli bid’ah) ada dua, yaitu mubtadi’ yang dihukumi kafir, dan mubtadi’ yang dihukumi fasiq.

Mubtadi’ yang dihukumi kafir dan telah meninggal, maka tidak boleh didoakan agar mendapatkan ampunan dan rahmat Allah, karena hukumnya seperti orang kafir.

Baca lebih lanjut

Doa Untuk Orang Pulang Haji

Soal:

Assalamu’alaikum. Ustadz, saya mau tanya, ada tidak ucapan untuk orang yang baru pulang haji?

Abu Hammam Pekalongan 08586922xxxx

Jawab:

  • Sepanjang pengetahuan kami, tidak ada lafadz doa atau ucapan tertentu dari Nabi untuk orang yang baru pulang haji, namun tidak mengapa seseorang mendoakan untuk mereka dengan doa-doa yang baik dan sesuai, seperti “Semoga Allah menerima amal shalihmu”, “Semoga Allah menjadikan hajimu sebagai haji yang mabrur” dan lafadz-lafadz sejenisnya yang tidak menyimpan makna terlarang, sebab ucapan selamat dan doa kebaikan merupakan sesuatu yang disyariatkan dalam syari’at Islam, baik di hari raya maupun selainnya.
  • Oleh karena itu, banyak beberapa dalil yang menunjukkan adanya ucapan selamat pada selain hari raya, seperti ucapan para sahabat kepada Rasulullah: “Selamat untukmu atas apa yang diberikan oleh Allah kepadamu”. (Bukhori: 3939 Muslim: 1786), dan ucapan selamat dari Nabi berserta para sahabat kepada Ka’ab bin Malik tatkala Allah menerima taubatnya. (HR. Bukhori: 4156 Muslim 2769) Baca lebih lanjut

DOA MARYAM ?

Soal:

Ustadz! Mohon dicek, apakah ada dalil do’a Siti Maryam ketika mengandung: RABBIIHABUIMIN LANDUNKA DZURRIYYATAN THAYYIBAH, INNAKA SAMII’UD DU’AA. Terimakasih.

08121896xxxx

Jawab:

Itu adalah doa Nabi Zakaria عليه السلام kepada Allah عزّوجلّ yang memohon agar dikaruniai anak yang baik. Jadi bukan doa Maryam ketika hamil. Allah عزّوجلّ menyebutkan do’a ini dalam firman-Nya:

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

Di sanalah Zakariya berdo’a kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.” (QS. Ali Imran/3:38).[]


Disalin dari Majalah As-Sunnah No.08/Thn.XIV 1432H/2010M, Rubrik Soal-Jawab hal.5

Download:  Download Word

Hukum Melagukan Adzan dan Memerdukan Suara

Soal:

Kami mengharapkan Syaikh menerangkan tentan hukum melagukan Adzan dan memerdukan suara?

Jawab:

Syaikh Masyhur Hasan Salman خفظه الله menjawab :

Adzan adalah Ibadah dan  ketaatan yang dituntut agar muadzdzin melafazhkannya dengan tarassul (berlahan-lahan), sebagaiamana Rasulullah memilih  Abu Mahzurah sebagai muadzdzin dan memerintahkan seseorang yaitu Abdullah Ibn Zaid  untuk mengajarinya Adzan. Dalam Adzan dibutuhkan at-tarassul dengan  batasan syariat dan tidak boleh berlebihan memanjangkannya.Hal ini juga berlaku  dalam membaca al-Qur’an. Adapun lagu-lagu yang berlebih-lebihan tidak disyariatkan. Hukum-hukum bacaan yang telah ada adalah standar dalam hal tilawah ditambahi dengan tarassul ketika mengumandangkan Adzan.

Adapun hukum-hukum fikih yang dibicarakan ulama dalam hal wajibnya mendatangi jamaah sholat  ketika mendengar Adzan maksudnya ialah Adzan yang dikumandanggkan oleh seorang muadzdzin yang bersuara tinggi. Wallahu a’lam.[]

Disalin dari Tanya Jawab bersama Masyaikh Markaz Imam Albani pertanyaan ke-12 yang eBooknya dari AbuSalma.

Download:
Hukum Melagukan Adzan dan Memerdukan Suara
Download Word

Keutamaan 2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah

Keutamaan Membaca 2 Ayat Terakhir
Surat Al-Baqarah di Malam Hari

عَنْ أَبِى مَسْعُدٍ الْبَدْرِىِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهَ صلى الله عليه وسلم: الآيَتَانِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ مَنْ قَرَأَهُمَا فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

Dari Abu Mas’ud al-Badri رضي الله عنه dia berkata bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah, barang siapa membacanya di malam hari, niscaya dua ayat tersebut akan mencukupinya”. (HR. al-Bukhari no. 3786 dan Muslim no. 807 dan 808)

Hadits agung ini menunjukkan keutamaan besar dua ayat tersebut dan sekaligus anjuran membacanya di malam hari, karena itu merupakan faktor terpeliharanya seorang hamba dari segala keburukan dan dipermudah memperbanyak kebaikan. (Lihat Faidhul Qadir 6/197)

Hadits ini didukung oleh hadits shahih lainnya, malaikat memberi salam dan berkata kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم: “Bergembiralah engkau (wahai Rasulullah) dengan dua cahaya yang diberikan (oleh Allah) kepadamu dan belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu, (yaitu) surah al-Fatihah dan penutup (dua ayat terakhir dari) surah al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu hurufpun dari keduanya kecuali (semua) akan diberikan kepadamu”. (HR. Muslim no. 806)

Baca lebih lanjut

Variasi Doa dan Dzikir

Soal:

Mengapa sebagian ulama lebih mengutamakan doa istifta yang berbunyi:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَـهَ غَيْرُكَ

dan doa sujud yang berbunyi:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ *

dibandingkan dengan doa yang lain?

Jawab:

Pertama, karena ‘Umar bin Khaththab  رضي الله عنه memerintahkan kaum Muslimin di zamannya untuk membaca dua doa tersebut, dan beliau termasuk Khulafa’ Rasyidin yang kita diperintahkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk mengikuti sunnah-sunnah mereka.

Baca lebih lanjut

Dalam Sujud Berdoa dengan Ayat al-Qur’an

Soal :
Kami sudah mengetahui, bahwa membaca Al-Qur‘ân ketika sujud tidak dibolehkan, akan tetapi ada beberapa ayat dalam Al-Qur‘ân yang berisi doa.
Bagaimanakah hukum membaca doa-doa yang terdapat dalam Al-Qur‘ân ketika sujud?

Jawab :
Itu tidak mengapa, apabila dia membawakannya sebagai doa bukan sebagai bacaan Al-Qur‘ân.

Al-Lajnatud-Dâ‘imah lil Buhûts al-Ilmiyyah wal-Iftâ‘

Ketua: Syaikh bin Bâz.
Wakil Ketua: Syaikh ‘Abdur-Razaq ‘Afifi.
Anggota: Syaikh ‘Abdullah bin Ghadyan dan Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ûd.

(Fatâwâ al-Lajnah, 6/441)


Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 01/ Tahun XII melalui www.majalahassunnah.com

Berdzikir Dengan Hati di Kamar Mandi

Soal:

Seseorang dituntut untuk berdzikir pada Allah di setiap waktu dan setiap keadaan kecuali di tempat yang dilarang untuk berdzikir seperti di kamar mandi. Apakah mungkin seseorang memutus berdzikir pada Allah di kamar mandi yaitu ia tidak mengingat Allah dengan hatinya?

Jawab:

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz رحمه الله menjawab pertanyaan di atas:

Dzikir dengan hati itu disyari’atkan setiap saat dan di setiap tempat termasuk di kamar mandi dan tempat lainnya. Yang dimakruhkan di kamar mandi dan tempat kotor semisalnya adalah berdzikir dengan lisan. Hal ini dilarang dalam rangka mengagungkan Allah Ta’ala. Yang dikecualikan ketika di kamar mandi adalah membaca basmalah saat wudhu. Membaca basmalah di tempat tersebut dibolehkan ketika sulit berwudhu di luar kamar mandi. Membaca basmalah ketika wudhu itu wajib menurut sebagian ulama, namun dianggap sunnah muakkad oleh jumhur (mayoritas ulama). (Majmu’ Fatawa wa Maqolat Ibnu Baz, 5/381)


Sumber: www.rumaysho.com

Download:
Berdzikir Dengan Hati  di Kamar Mandi: DOC atau CHM

Meluruskan Kata “Sayyidina”

Soal:

Apakah bersholawat dengan tambahan kata sayyidina di-syari’atkan, atau termasuk perkara baru?

Jawab:

Bersholawat dengan tambahan kata sayyidina (artinya: penghulu kami) tidak pernah disyari’atkan, bahkan ini termasuk perkara baru dalam agama, lebih-lebih ketika diucapkan dalam sholat, hal ini karena beberapa hal:

  • Semua lafadz sholawat yang diajarkan oleh Nabi صلي الله عليه وسلم tidak ada satu pun tambahan kalimat sayyidina.[1]
  • Para sahabat رضي الله عنهم adalah manusia yang paling cinta dan menghormati Rosululloh صلي الله عليه وسلم, akan tetapi mereka tidak mengucapkan sayyidina dalam ucapan sholawat mereka. Ini berarti apabila kita mengaku cinta dan menghormati Nabi صلي الله عليه وسلم maka kita harus mengikuti jejak para sahabat رضي الله عنهم yang sangat cinta kepada Rosululloh صلي الله عليه وسلم.
  • Apabila maksud perkataan sayyidina adalah penghormatan kepada Rosululloh صلي الله عليه وسلم, berarti harus ditambah kalimat lain sebagai penghormatan, seperti uswatuna (teladan kami), musthofana (pilihan kami), habibina (kekasih kami), mukhtarina (pilihan kami), dan semisalnya, yang semuanya tidak pernah dicontohkan oleh Nabi صلي الله عليه وسلم dan para sahabat yang mengikuti beliau صلي الله عليه وسلم, sehingga akhirnya agama Islam ini menjadi rusak, sedangkan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi  kita صلي الله عليه وسلم.
  • Tidak satu pun dari para imam madzhab mengajarkan tambahan sayyidina dalam sholawat, bahkan Imam Syafi’i رحمه الله dalam kitab-kitabnya (seperti dalam muqoddimah kitab al-Um) menulis sholawat dengan kalimat “Allohumma sholli ‘ala Muhammad” tanpa ditambah sayyidina, maka barangsiapa mengaku pengikut Imam Syafi’i hendaknya mengikuti petunjuk beliau yang sesuai dengan petunjuk Nabi صلي الله عليه وسلم ini, sebagaimana yang dilakukan oleh penerus madzhab Syafi’i yaitu Imam Ibnu Hajar al-Asqolani رحمه الله. Allohu alam.[]

[1] Lihat Fadho’il ash-Sholat wa as-Salam ‘ala Muhammad Khoiril Anam oleh Muhammad bin Jamil Zainu رحمه الله hal. 10-11, dan perkataan semisal oleh Ibnu Utsaimin رحمه الله dalam Syarh Bulugh al-Marom dalam penjelasan hadits 249 dari Ibnu Mas’ud رضي الله عنه

Disalin dari:
Majalah Al-Furqon No.75 Ed.5 Th.7 1428 H/ 2007 M, Rubrik Soal-Jawab asuhan Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali AM خفظه الله, hal.4-5

Download:
Meluruskan Kata Sayyidina: PDF atau DOC

eBook dan tulisan terkait:

  1. Keutamaan Shalawat Kepada Nabi صلي الله عليه وسلم
  2. Bacaan Shalawat Nabi صلي الله عليه وسلم