Diagnosis Korban Santet

Soal:

Assalamu’alaikum.

Ustadz. Bagaimana cara mengetahui bahwa seseorang itu kena santet atau tidak, dan bagaimana cara mengetahui benda sihir itu dan siapa yang sudah menyihir. Terima kasih.

Jawab:

Wa’alaikumussalam. Di antaranya dengan meruqyah orang yang dicurigai terkena santet/sihir. Benda sihir bisa diketahui dari jin yang diperintah untuk mengganggu tersebut atau dengan mencari-cari barang-barang yang mencurigakan di sekitar rumah. Orang yang menyihir terkadang diketahui dari jinnya juga, atau diketahui dengan melihat orang-orang yang pernah punya masalah dengan yang disihir. Hanya, seseorang jangan mudah membenarkan pengakuan seorang jin atau dukun karena mereka banyak berdusta dan banyak mengadu domba.[]

Sumber: Majalah Al-Furqon No.149 Ed. 01 Th. Ke-14, hal.6 Rubrik Soal-Jawab Asuhan Ustadz Abdullah Roy, Lc, MA.

Syukuran Dengan Nasi Tumpeng

Soal:

Assalamu’alaikum. Ustadz, di tempat ana ada syukuran biasa dan tidak ada bid’ahnya. Tapi, makannya nasi tumpeng, apa boleh dimakan, Ustadz? (Ikhwan di Gresik)

Jawab:

Wa’alaikumussalam. Boleh dimakan, namun tuan rumah perlu dinasihati, kalau dikhawatirkan terjadi keyakinan yang tidak benar tentang nasi tumpeng maka sebaiknya syukurannya tanpa nasi tumpeng saja.[]

Sumber: Majalah Al-Furqon No.149 Ed. 01 Th. Ke-14, hal.4 Rubrik Soal-Jawab Asuhan Ustadz Abdullah Roy, Lc, MA.

Larangan Thiyarah

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr رضي الله عنهما: ia berkata: “Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: ‘Barang siapa mengurungkan niatnya karena thiyarah,[1] maka ia telah berbuat syirik.’ Para Sahabat bertanya: ‘Lalu, apakah tebusan-nya?’ Beliau menjawab: ‘Hendaklah ia mengucapkan:

اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

‘Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur) melainkan makhluk-Mu dan tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.'”[2]

Tathayyur termasuk adat Jahiliyyah. Mereka biasanya berpatokan kepada burung-burung, jika mereka lihat burung itu terbang ke arah kanan, mereka bergembira dan meneruskan niat. Jika burung itu terbang ke arah kiri, mereka anggap membawa sial dan mereka menangguhkan niat. Bahkan, sebagian mereka sengaja menerbangkan burung untuk meramal nasib.

Syari’at yang hanif ini telah melarang segala macam bentuk tathayyur. Sebab, thair (burung) tidak memiliki keistimewaan apa pun sehingga gerak-geriknya harus dijadikan sebagai petunjuk untung atau rugi. Dalam banyak hadits, Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah menegaskan berulang kali: “Tidak ada thiyarah!” Penegasan seperti ini juga dinuki! dari sejumlah Sahabat رضي الله عنهم.

Baca lebih lanjut

Ruh Orang Meninggal

Soal:

Di daerah kami, masyarakat sekitar mempunyai anggapan bahwa manusia yang mati, ruhnya akan datang pada malam hari pertama sampai ketujuh dari hari kematian-nya, apakah anggapan seperti ini dibenarkan agama Islam, dan kalau tidak benar apa dasarnya?

Jawab:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Robb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. al-lsro'[17]: 85)

sehingga apabila ada seseorang ingin berbicara masalah ruh, maka dia harus berbicara sesuai dengan perkataan Alloh عزّوجلّ (al-Qur’an) dan Rosul-Nya (al-Hadits

Dalam al-Qur’an dan Sunnah tidak terdapat keterangan bahwa orang yang mati (ruhnya) akan datang pada malam ke sekian dan ke sekian, dengan demikian kita dapat memastikan bahwa keyakinan tersebut tidak terdapat landasannya, baik dari al-Qur’an maupun Sunnah Nabi صلي الله عليه وسلم sehingga ini merupakan keyakinan yang bathil. Baca lebih lanjut